Emiten-emiten milik konglomerasi Indonesia kini tengah gencar melakukan berbagai aksi akuisisi hingga ekspansi untuk mendorong pertumbuhan bisnis mereka. Tak luput emiten dua konglomerasi RI dari Djarum grup dan Barito grup pun ikut menggelar aksi akuisisi perusahaan.
Tiga emiten dari Djarum grup yang dimiliki oleh Duo Hartono, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono tercatat melakukan sejumlah aksi akuisisi yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
Sementara dari Barito grup yang dimiliki oleh orang terkaya nomer satu, Prajogo Pangestu, tercatat tiga emitennya juga melakukan sejumlah aksi akuisisi yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Kekayaan Pemilik Djarum vs Barito
Tercatat dari data Forbes Real Time per 21 Juli 2024, Prajogo Pangestu masih bertahan menjadi orang terkaya nomor satu RI, sementara Robert Budi Hartono berada di urutan kedua, dan Michael Bambang Hartono di urutan keempat. Dikarenakan urutan ketiga masih diisi oleh pengusaha tambang batu bara Low Tuck Kwong dengan kekayaan US$ 24,6 miliar atau setara dengan Rp398,15 triliun.
Bisnis Saham Djarum vs Barito Yang Tengah Melakukan Aksi Korporasi
Aksi Korporasi Saham Djarum vs Barito
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Pada 1 Juli 2024, TOWR melalui anak usahanya yaitu iForte (bagian dari Protelindo) mengumumkan finalisasi akuisisi 90.11% dari saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). Harga Akuisisi dari IBST adalah Rp 2,813 / lembar, dimana TOWR merogoh kocek dengan estimasi total perkiraan transaksi berada di Rp 3.42 Triliun.
IBST merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di penyediaan menara telekomunikasi dan infrastruktur di Indonesia.
Sebagai catatan jika menelisik asal operator penyewa, pendapatan dari IBST sebagian besar berasal dari FREN (Smart Telecom) (periode 2023: 75%, periode 2022: 73%). Salah satu entitas Sinarmas holding-konglomerasi (Energi-infrastruktur dan teknologi) Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) juga turut serta menjadi pemegang saham minoritas IBST (8.5%).
Ekspansi anorganik ini merupakan langkah menarik untuk mengejar pertumbuhan aset dari TOWR, dimana secara kuantitas jumlah menara akan mengejar ketertinggalannya dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) sebagai pemilik menara terbanyak di Indonesia.
Adapun proforma aset dari TOWR setelah mengakuisisi IBST diperkirakan akan memiliki ±34,300 Menara, ±58,000 Tenancies dan ±203,000 km revenue The Fiber to the Tower (FTTT) yang digunakan untuk menghubungkan stasiun dengan tower pemancar .
Sebagai catatan ke depannya aksi korporasi merger PT XL Axiata Tbk (EXCL)- PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan akuisisi IBST cukup berpengaruh terhadap pendapatan penyewaan menara dari TOWR. Hal itu dikarenakan akibat adanya relokasi menara akan terjadi pasca merger kedua operator tersebut.
Sebagai catatan, pendapatan TOWR dari EXCL mencakup 31% dari pendapatan TOWR (FY23). Oleh karena itu, pasca merger EXCL+FREN dan finalisasi akuisisi IBST, maka ke depannya TOWR juga harus berusaha untuk mengurangi churn rate dari FREN setelah merger dengan EXCL sekaligus memitigasi sebagian besar penyewa IBST yang dikontribusikan dari FREN.
• PT Global Digital Niaga Tbk (BELI)
Pada 20 Juni 2024, PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli telah melakukan pembelian terhadap 26.167 saham seri C atau 99,83% kepemilikan saham di PT Dekoruma Inovasi Lestari (DIL). Total transaksi dari akuisisi ini adalah Rp1,16 triliun.
Transaksi ini dapat memberikan dorongan atau stimulus bagi bisnis Blibli, khususnya dalam ranah produk home living. Hal ini sejalan dengan upaya Blibli untuk menyesuaikan dan menyelaraskan jalur perdagangan dari dan luring, sehingga BELI bersama-sama dengan DIL dapat berkembang menjadi perusahaan yang terintegrasi di bidang perdagangan baik secara daring maupun luring.
Setelah penyelesaian transaksi, Blibli berencana untuk mengembangkan jalur perdagangan online dan offline DIL. Dengan rencana tersebut, BELI sebagai pemilik dari DIL akan bekerja sama untuk memperluas jangkauan produk home and living sebagai bagian yang tak terpisahkan dari integritas bisnis BELI.
Dekoruma adalah startup di bidang home & living yang memimpin proses dari awal hingga akhir serta mendukung retail dan servis untuk b isnis ke konsumen (B2C) atau bisnis ke bisnis (B2B) kepada konsumen dan designer.
• PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bersama PT Anarawata Puspa Utama (APU) telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham dan Pengambilan Saham-Saham Baru atas anak perusahaan PT Suryacipta Swadaya (SCS). Rncana transaksi dengan total senilai Rp3,1 triliun, dalam bentuk pengambilalihan sebanyak 55,80 juta saham SCS milik SSIA senilai Rp169,8 miliar.
Kemudian, pengambilan seluruh saham baru yang akan diterbitkan SCS sejumlah 962,70 juta saham dengan nilai Rp2,9 triliun oleh APU.
Setelah adanya rencana transaksi, SCS masih akan tetap menjadi perusahaan anak yang terkonsolidasi pada SSIA, yang mana SSIA akan memiliki 1,77 miliar saham pada SCS atau mewakili 63,5% dari seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam SCS.
Dengan adanya rencana transaksi tersebut, akan memperkuat struktur permodalan SCS dengan mengurangi hutang bank, dan secara tidak langsung mengurangi biaya bunga serta menambah ekuitas yang akan membuat SCS lebih kompetitif.
Sehingga, SCS akan lebih cepat dalam pengembangan Kawasan Industri Subang Smartpolitan, sehingga akan lebih menarik bagi para calon pembeli Kawasan Industri Subang Smartpolitan.
Diketahui, pada 30 April 2024, BYD telah menjadi salah satu tenant utama Subang Smartpolitan, yang mana PT BYD Motor Indonesia (BYD) menjadi penyewa terbesar pertama Subang Smartpolitan dengan menempati area lebih dari 108 hektar.
• PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
Pada 14 Mei 2024, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengakusisi dua perusahaan tambang batubara, yaitu PT Borneo Bangun Banua (B3) dan PT Borneo Bangun Banua Bestari (B4) dengan menandatangani dua dokumen.
Pertama, akta jual beli saham sehubungan dengan penyelesaian akuisisi atas 60.000 lembar saham atau 100% saham di dalam B4 yang dimiliki oleh PT Lamiplagema Perkasa (LP) dan Tn. Maichiardshen (MS).
Kedua, Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham Lunas (PPJB Lunas) sehubungan dengan penjualan atas 30% saham di dalam B3. Rinciannya, sebanyak 299 saham atau mewakili 29,9% saham di dalam B3 milik LP dan sebanyak satu saham atau mewakili 0,01% saham di dalam B3 milik MS.
Dengan penyelesaian transaksi tersebut, maka perseroan akan menjadi pemegang saham langsung atas 100% saham di dalam B4 dan B3.
B3 merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Batubara (IUP) dengan wilayah kerja di Kalimantan Tengah. Sedangkan, B4 merupakan pemilik 99,9% saham di dalam B3.
Transaksi tersebut sejalan dengan rencana pengembangan usaha CUAN yang secara umum bertujuan untuk menambah aset dan memperluas usaha perseroan.
• PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) resmi mengakuisisi perusahaan pemilik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap. BREN melalui anak usaha, PT Barito Wind Energy (BWE) telah menyelesaikan akuisisi 99,99% saham di PT UPC Sidrap Bayu Energy dari UPC Renewables Asia Pacific Holding Pte. Ltd. (UPCAPH), ACEN Renewables International Pte. Ltd. (ACRI), UPC Renewables Asia III Limited (Asia III), Sidrap (HK) Limited (Sidrap HK), dan Sunedison Sidrap B.V. (SunEd BV).
Penyelesaian pengambilalihan saham tersebut dilakukan BWE pada 2 April 2024 dengan rincian yakni, pertama, sebanyak 515.515 saham kelas A dan 34.368 saham kelas B yang mewakili sekitar 99,99 persen dari jumlah modal disetor dan ditempatkan PT UPC Sidrap Bayu Energi (Sidrap 1) dari UPCAPH, ACRI, Asia II, Sidrap HK dan SunEd BV, dengan harga pembelian sebesar 101,92 juta dollar AS atau setara dengan Rp 1,62 triliun.
Kemudian 2.499 saham yang mewakili sekitar 99,99 persen dari jumlah modal disetor dan modal ditempatkan PT UPC Operation and Maintenance Indonesia (OMI) dari UPCAPH dengan harga pembelian sebesar US$ 297.017,89 atau setara dengan Rp 4,72 miliar.
Tujuan akuisisi tersebut sebagai langkah strategis dalam menambah aset energi angin ke dalam portofolio BREN.
• PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)
TPIA akan menjadi mayoritas pemilik perusahaan patungan dengan Glencore untuk mengakuisisi aset kilang minyak Shell Singapura. Aksi Akuisisi ini akan menyumbang pendapatan TPIA hingga US$8 miliar (Rp128 triliun) per tahun.
Kilang minyak mentah tersebut memiliki kapasitas pemrosesan sebesar 237.000 barel per hari dan ethylene cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom dan aset kimia hilir di Pulau Jurong.
TPIA akan menjadi kepala operator dan pemilik mayoritas saham joint venture CAPGC Ple. Ltd sementara untuk Glencore berada di posisi minoritas. Akuisisi ditargetkan akan selesai pada akhir 2024.
Kesesuaian antara Chandra Asri dan Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) menjadi pesan kunci yang disampaikan pihak perusahaan kepada investor.
Chandra Asri memiliki posisi unik untuk memperoleh nilai tambah melalui akuisisi aset SECP, antara lain selaras dengan pertumbuhan Chandra Asri secara strategis, produksi mengisi kurangnya pasokan bahan bakar dan produk kimia Indonesia serta dapat memanfaatkan jaringan lokal, dan memanfaatkan keunggulan pemegang saham (kredit karbon Barito Pacific, keahlian dan rantai pasokan Thai Oil dan SCG).
Rasio Keuangan
Net Profit Margin (NPM) pada dua emiten Djarum yakni BELI dan SSIA masih mencatatkan NPM negatif dikarenakan perusahaan masih membukukan kerugian pada kuartal I 2024. Begitu juga dengan satu emiten Barito yakni TPIA yang masih membukukan kerugian pada kuartal I 2024.
Melihat pergerakan harga saham dari tiga emiten Djarum grup dan Barito grup, kinerja pergerakan tiga emiten Djarum lebih unggul dan diapresiasi oleh market.
Pergerakan Harga Saham