
PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan penanaman mangrove seluas 5 hektare di Desa Sabuhur, Jorong, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Hal itu dilakukan PTFI bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, penanaman mangrove tersebut sebagai upaya perusahaan untuk mencapai target penanaman 10 ribu hektare mangrove hingga tahun 2041 mendatang.
“PTFI melaksanakan program Percepatan Rehabilitasi Mangrove seluas 8.000 hektare di Papua dan 2.000 hektare di berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Ini merupakan komitmen perusahaan terhadap Program Nasional Percepatan Rehabilitasi Mangrove di Indonesia demi pemulihan ekosistem mangrove agar memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat pesisir,” kata Tony, dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (3/6/2025).
Tony mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan langkah awal dari program rehabilitasi 500 hektare mangrove di Kalimantan Selatan. Detailnya, mangrove ditanam di 400 hektare di Kabupaten Tanah Laut dan 100 hektare di Kabupaten Kotabaru.
Penanaman mangrove yang baru dilakukan pihaknya di Desa Sabuhur, Kabupaten Tanah Laut merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan PTFI yang ditandatangani pada Juni 2023 lalu.
PTFI dan ULM juga telah menandatangani nota kesepahaman terkait restorasi mangrove, pengelolaan lahan basah, serta penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada Februari 2025.
Tony menambahkan sejak 2005 hingga saat ini, PTFI telah melakukan penanaman mangrove di area pesisir di Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI dengan luasan mencapai lebih dari 1.500 hektare. PTFI akan terus bersama pemerintah dan masyarakat untuk menanam 10 ribu mangrove.
“Sebelum di Tanah Laut, pada 2023 penanaman mangrove seluas 5 hektare dilakukan di IKN dan pada tahun 2024 sebanyak 25 hektare di Deli Serdang, Sumatera Utara,” kata Tony.
Selain itu, dia mengatakan pihaknya juga telah berhasil mengidentifikasi area seluas 834 hektare untuk dilakukan penanaman mulai tahun 2025 yang lokasinya tersebar di provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Kalimantan.
Di lain sisi, Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLH/ BPLH Rasio Ridho Sani mengatakan Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,4 juta hektare, terbesar di dunia.
Dalam catatannya, sebanyak 23% populasi mangrove dunia ada di Indonesia. Artinya Indonesia yang terluas di dunia.
Ridho mengatakan, rasio total potensi penyimpanan karbon mangrove Indonesia sangat signifikan secara global. Namun, ekosistem mangrove menghadapi tekanan serius seperti alih fungsi lahan, tambak intensif, pencemaran plastik, dan reklamasi.
“Kita tidak hanya sekadar menanam pohon, tapi menanam harapan. Harapan bagi laut, bagi iklim, dan bagi masa depan masyarakat pesisir,” katanya.
Dia juga mengatakan ekosistem mangrove Indonesia berperan penting menjadi solusi berbasis alam untuk mitigasi perubahan iklim, sebagai pelindung alami pesisir, ekowisata, tempat berkembang biak dan berlindung bagi berbagai biota laut dan sungai, serta menjadi habitat keanekaragaman hayati.
“Dengan dukungan dunia usaha, rehabilitasi mangrove menjadi nyata. Hari ini saya menanam mangrove bersama dunia usaha dalam hal ini PT Freeport Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat, serta nelayan dan pelaku usaha di Kalimantan Selatan. Langkah kecil, dampak besar. Mari dukung restorasi dan ekonomi biru,” tandasnya.