AS Mulai ‘Perang’ Ini dengan Iran, Turunkan Kapal Induk

Pemandangan kapal serbu amfibi USS Wasp (LHD-1) saat berlabuh di pelabuhan Limassol, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, di Limassol, Siprus, 10 Agustus 2024. (REUTERS/Stelios Misinas) TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pemandangan kapal serbu amfibi USS Wasp (LHD-1) saat berlabuh di pelabuhan Limassol, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, di Limassol, Siprus, 10 Agustus 2024. (REUTERS/Stelios Misinas)

Ketegangan geopolitik masih terus terjadi di wilayah Timur Tengah. Hal ini dipicuperang Israel dan milisi Gaza Palestina Hamas yang akhirnya menarik salah satu patron di kawasan itu, Iran.

Pada Kamis (22/8/2024), sekutu utama Israel yang juga rival bebuyutan Teheran, Amerika Serikat (AS), menerjunkan sejumlah aset militer mendekat ke Iran. Salah satunya adalah penugasan rangkaian armada yang dipimpin langsung oleh kapal induk USS Abraham Lincoln.

Washington menyebut hal ini dilakukan sebagai bentuk “serangan psikologis” terhadap Iran. Hal ini juga untuk menegaskan dukungan Negeri Paman Sam terhadap Israel jika benar-benar diserang oleh Iran.

“Kami telah memindahkan kemampuan ke wilayah tersebut yang menurut saya adil untuk dikatakan telah masuk ke dalam pikiran Iran dan akan mempengaruhi perhitungan mereka tentang bagaimana dan apakah mereka memilih untuk menanggapi,” kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh dikutip Al Arabiya.

“Kami tidak ingin melihat itu terjadi, tetapi kami memiliki dua kelompok penyerang kapal induk di sana, masing-masing dengan empat kapal perusak.”

Serangan Iran dan proksinya terhadap Israel masih diperkirakan oleh sejumlah pejabat AS. Militer negara adidaya itu juga telah bergegas memperkuat kehadirannya di Timur Tengah setelah Iran dan proksinya seperti Houthi dan Hizbullah bersumpah menekan Israel agar dapat menghentikan serangannya ke Gaza.

Selain kapal induk, aet militer AS tambahan yang dikirim ke wilayah tersebut termasuk ribuan pasukan tambahan, sistem pertahanan rudal balistik, kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan puluhan rudal jelajah, USS Wasp, dan banyak lagi.

Pejabat AS sendiri sempat mengantisipasi respons Iran pada hari-hari setelah pembunuhan tokoh politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr, pada tanggal 30 Juli. Intelijen tersebut kemudian diperbarui beberapa kali, sehingga menunda waktu respons apa pun.

Namun, respons yang diantisipasi belum juga datang. Iran dan Hizbullah mengatakan bahwa membiarkan ‘musuh’ menunggu adalah bagian dari permainan perang psikologis yang mereka mainkan.

Hingga Kamis malam, pejabat AS yang mengetahui penilaian intelijen terbaru mengatakan bahwa Washington masih memperkirakan semacam pembalasan dari Iran dan Hizbullah. Masih belum jelas apakah mereka akan berkoordinasi untuk melakukan respons bersama atau masing-masing akan melakukan operasi mereka sendiri.

“Iran masih dapat melancarkan serangan dalam waktu 12-24 jam setelah membuat keputusan itu, yang belum mereka buat,” kata seorang pejabat AS.

Muncul juga perkiraan bahwa Hizbullah akan menyerang jantung Israel dalam apa yang akan diidentifikasi sebagai respons yang jelas terhadap pembunuhan Shukr. Namun mengutip pejabat AS, Washington Post melaporkan bahwa kelompok yang didukung Iran tersebut telah memutuskan untuk tidak melakukan serangan.

Sementara itu, terkait dengan Gaza, seorang sumber AS mengaku rencana untuk menempatkan pasukan di wilayah itu akan dinamis tergantung dengan kesepakatan gencatan senjata yang sedang diupayakan.

“Jika Iran melewati batas merah tertentu dalam serangan terhadap Israel, kondisi dapat memburuk dengan cepat, dan kami akan memiliki kemampuan untuk mengirim kapal induk ke Teluk Persia,” tutur sumber itu.

“Namun demikian, satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut dan mencegah eskalasi lebih lanjut adalah bagi Hamas dan Israel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.”

https://slots-kas138.store/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*