Ekonomi China Tak Pasti, Rupiah Masih Dalam Tekanan?

Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Rupiah masih bergerak lesu setelah Biden undur diri dan kondisi ekonomi Tiongkokyang tidak pasti. Rupiah bahkan kembali menembus level Rp16.200/US$.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 16.215/US$ di pasar spot, melemah 0,19%.

Mundurnya Biden dari pilpres AS diperkirakan bakal membuat ketidakpastian di pasar global dan Indonesia meningkat. Ekonom Bank Danamon Hosiana Situmorang menjelaskan mundurnya biden bisa meningkatkan ketidakpastian terkait arah kebijakan perdagangan dan investasi lainnya di AS dann seluruh dunia.

“⁠Kondisi ini meningkatkan volatilitas di pasar uang dan pasar modal, salah satu indikasinya Volatility Index (VIX) balik naik,” ujar Hosiana kepada CNBC Indonesia.
Khusus di Indonesia, ketidakpastian juga akan besar karena adanya masa transisi presiden baru dari Joko Widodo ke Prabowo Subianto.

“⁠Di tengah kondisi ketidakpastian global terkait AS dan Euro Area Election, di domestik lg persiapan transisi Presiden Baru dan Pilkada,” ujarnya.
Ketidakpastian bisa memicu investor untuk memilih aset aman dan menjual aset lain, seperti rupiah. Kondisi ini bisa membuat rupiah tertekan.

“Ke semua hal ini buat Investor dan pelaku pasar milih aset yg aman, salah satunya in USD sehingga rupiah masih volatile cenderung melemah,” imbuhnya.

Beralih ke Tiongkok, Bank sentral China (PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan untuk tenor satu maupun lima tahun pada hari ini, Senin (22/7/2024).

Pemangkasan suku bunga diharapkan ikut mendongkrak perekonomian China yang tengah lesu. Kebijakan PBoC terbaru juga diharapkan bisa berdampak positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang utama China.

Pemangkasan suku bunga terbilang mengejutkan mengingat PBoC sudah menahan suku bunga sejak September 2023 atau 10 bulan sebelumnya. Sejumlah analis menilai langkah PBoC merupakan sinyal kuat jika China mulai “putus asa” untuk menggenjot sektor properti yang belum juga pulih setelah ditimpa krisis.

Dilansir dari Reuters, China mengejutkan pasar dengan menurunkan tingkat kebijakan suku bunga pendek utama dan tingkat peminjaman benchmark sebagai upaya untuk menguatkan pertumbuhan ekonomi di negara kedua terbesar di dunia.

Pemotongan ini dilakukan setelah China melaporkan data ekonomi kuartal kedua yang lebih lemah dari yang diperkirakan minggu lalu dan para pemimpin puncaknya mengadakan pleno yang terjadi sekali sekitar setiap lima tahun.

Negara tersebut hampir menghadapi deflasi dan menghadapi krisis properti yang berkepanjangan, utang yang meningkat pesat, serta sentimen konsumen dan bisnis yang lemah. Ketegangan perdagangan juga meningkat, karena pemimpin global semakin waspada terhadap dominasi ekspor China.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal pergerakan rupiah dalam basis waktu per jam, kini sudah berbalik arah menjadi melemah. Paling dekat, resistance di Rp16.275/US$ yang diambil dari high candle intraday 9 Juli 2024 masih rawan diuji sebagai area pelemahan.

Sementara itu, untuk support sebagai area pembalikan arah menguat bisa dicermati di Rp16.185/US$ yang didapatkan dari low candle intraday 19 Juli 2024.

Pergerakan rupiah melawan dolar AS
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*