Ada Andil The Fed, IHSG Dibuka Ngegas 0,28% ke 7.275,97

Foto: Karyawan berdiri dengan latar belakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka kembali menguat pada awal perdagangan sesi I Kamis (1/8/2024), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan berikutnya yakni September mendatang.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,28% ke posisi 7.275,97. Selang sepuluh menit setelah dibuka, penguatan IHSG sedikit terpangkas yakni menjadi 0,2% ke 7.270,31.

Nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 978 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,8 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 93.095 kali.

IHSG cenderung kembali menguat di tengah respons positif pelaku pasar akan pernyataan Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell terkait arah suku bunga acuan berikutnya.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

“Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September,” kata Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 basis poin (bp). Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bp belum ada dalam bayangan The Fed.

“Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bp) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini,” katanya.

Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.

Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy).

Sementara tingkat pengangguran di AS mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.

“Data inflasi pada kuartal II (2024) menambah keyakinan kami dan data yang lebih baik baik lakan semakin memperkuat keyakinan tersebut,” kata Powell.

Kendati inflasi dan tingkat pengangguran sudah bergerak ke arah yang diinginkan The Fed, Powell mengingatkan masih ada risiko yang mengancam.

“Komite akan dengan hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*