
Industri perhotelan di Indonesia tengah menghadapi badai ketidakpastian. Survei terbaru yang dilakukan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bersama Horwath HTL, yang melibatkan 726 responden dari 717 hotel di 30 provinsi ini mengungkapkan lebih dari 50% responden percaya tahun 2025 akan menjadi tahun yang sulit bagi industri perhotelan di Indonesia.
Menurut laporan tersebut, kondisi suram industri hotel di Indonesia pada tahun 2025 disebabkan oleh adanya serangkaian kebijakan penghematan anggaran pemerintah yang berimbas langsung pada sektor ini.
“Seiring berjalannya tahun 2025, tidak ada tanda-tanda bahwa pemerintah mengambil tindakan untuk mengatasi masalah-masalah mendasar. Fakta-fakta ini tercermin sempurna dalam sentimen pasar. Lebih dari 50% responden percaya, tahun 2025 menjadi tahun yang sulit,” demikian dikutip dari laporan hasil survei PHRI-Hortwath HTL yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/3/2025).
Secara keseluruhan, sentimen pasar pada November 2024 masih cenderung positif. Lebih dari 50% responden optimis kinerja tahun 2024 akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, memasuki Desember 2024, sentimen ini mulai bergeser ke arah netral, dengan sekitar 29% responden mencatat adanya perubahan dinamika pasar. Destinasi wisata rekreasi populer diperkirakan dapat membantu meredam dampak negatif dari kebijakan penghematan anggaran pemerintah selama musim liburan.
Pada Januari 2025, sentimen negatif mulai mendominasi.
Sebanyak 83% responden mengaku tidak berada dalam posisi yang menguntungkan untuk memulai tahun fiskal baru. Meskipun Januari umumnya dianggap sebagai periode transisi bagi pasar Indonesia, mayoritas responden melaporkan kinerja hotel mereka tetap lemah. Jika tidak ada perubahan signifikan yang dapat mendorong perbaikan pasar, sentimen negatif ini berpotensi bertahan sepanjang tahun.
Lantas, perubahan signifikan apa saja yang telah dialami industri perhotelan Indonesia akibat dari kebijakan penghematan anggaran tersebut?
Laporan hasil survei mencatat, terdapat 42% responden mengungkapkan fasilitas ruang pertemuan mereka jadi tidak terpakai, 18% responden terganggu keseimbangan segmentasi pasarnya, 15% responden kesulitan dalam rencana meningkatkan harga, 13% responden menyebut kurangnya permintaan saat hari kerja, serta dampak lainnya seperti penundaan atau pembatalan investasi, pengurangan staf, pembatalan pesanan kamar, hingga terganggunya pasokan kebutuhan operasional.
“Mayoritas responden percaya, pemanfaatan fasilitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) mengalami penurunan drastis merupakan faktor yang paling terdampak dalam operasional hotel mereka. Hal ini dapat dipahami, karena permintaan terkait pemerintah merupakan kontributor utama terhadap permintaan fasilitas MICE,” sebut survei itu.
Sejalan dengan meningkatnya sentimen negatif mengenai kinerja hotel, lebih dari 50% responden melaporkan penurunan pendapatan lebih dari 10% pada November 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini terus memburuk dalam beberapa bulan berikutnya, dengan semakin banyak responden mengalami kerugian yang lebih besar.
Memasuki Januari 2025, lebih dari 30% responden mengaku mengalami penurunan pendapatan lebih dari 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika melihat dari prediksi penurunan pendapatan tahunan, 56% responden memperkirakan penurunan pendapatan tahunan sebesar 10% hingga 30%.
Sampai kapan situasi ini akan terus berlanjut?
Lebih dari 50% responden meyakini situasi ini bisa berlanjut setidaknya selama enam bulan ke depan, atau bahkan lebih lama. Momentum positif menjadi faktor krusial bagi pasar berkembang seperti Indonesia, namun dalam kondisi kritis saat ini, pemulihan momentum akan menjadi tantangan besar.
“Sebagai pasar yang didominasi wisatawan domestik, peran pemerintah dan sektor MICE sangat menentukan tren industri perhotelan. Selain itu, pasar ini juga dikenal memiliki sensitivitas tinggi terhadap harga. Hanya sedikit destinasi yang memiliki segmentasi pasar yang lebih luas, dan bahkan lebih sedikit lagi yang didukung oleh keberagaman wisatawan mancanegara dalam jumlah signifikan,” demikian laporan survei tersebut.